BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan pada masa nifas diperlukan dalam penode ini karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya, diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari 1 jam, lebih dari 90% dari seluruh kasus perdarahan oleh atonia uteri. Sebagain besar kematian akibat perdarahan. Pasca persalinan terjadi pada beberapa jam setelah kelahiran bayi. (Lietal, 1996). Karena alasan ini, penatalaksanaan kala tiga persalinan yang cepat dan tepat merupakan salah satu cara terbaik dan sangat penting untuk menurunkan angkan kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan. Jumlah keseluruhan persalinan yang ada di RS dari bulan Januari-Februari 2007 sebanyak 19 orang dengan angka kejadian post partum atonia uteri sebanyak 3 orang (16,6%) dan post partum normal 16 orang (83,3%). Sehingga penulis tertarik untuk membuat laporan kasus ibu post partum dengan atonia uteri pada Ny. E di RS untuk dijadikan proses asuhan kebidanan khususnya ibu nifas.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada Ny,E ibu post partum dengan atonia uteri sesuai dangan menggunakan mangemen Verney dan pendokumentasi denagn SOAP.
1.2.1 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melaksankan pengupulan data pada Ny.E ibu post partum dengan atonia uteri.
b. Mahasiswa mampu menginterprestasikan masalah pada Ny.E ibu post partum dengan atonia uteri.
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnnosa potensial dan masalah potensial pada Ny.E ibu post partum dengan atonia uteri.
d. Mahasiswa mampu melakukan kolaborasi dengan petugas kesehatan pada Ny.E ibu post partum dengan atonia uteri sesuai dengan rencana tindakan.
e. Mahasiswa mampu melakukan perencanan asuhan kebidanan pada Ny.E ibu post partum dengan atonia uteri
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.E ibu post partum dengan atonia uteri.
g. Mahasiswa mampu mengavaluasi setelah melakukan tindakan pada Ny.E ibu post partum dengan atonia uteri.
1.3 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulisan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus-kasus melalui teknik pengumpulan data:
· Sudi Kepustakan
Yaitu mempelajari tentang buku-buku kesehatan dan diktdt kesehatan yang berhubungan dengan topik penulisan dalam makalah.
· Observasi Kien Pemeriksan
Yaitu melakukan observasi dan pemeriksandi lakukan dalam asuhan kebidanan secara langsung kepada klien.
1.4 Sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan Pustaka Meliputi Konsep Medis Dan Konsep Asuhan Kebidanan
BAB III : Tinjauan kasus, meliputi pendokumentasian secara SOAP
BAB IV : Pembahasan meliputi kendala-kendala yang dihadapi pada saat pengkajian, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB V : Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Medis
2.1.1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
· Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah pertus selesai dan berakhir setelah 6 minggu
· Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lamanya 6-8 minggu
· Masa nifas merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan normal, kala nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari.
2.1.2 Fase Post Partum
Masa post partum dibagi menjadi 3 tahap :
a. Immidate puerperium (0-24 jam setelah persalinan)
b. Early puerperium (waktu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari)
c. Late puerperium (Waktu 1 minggu sesudah melahirkan sampai 6 minggu)
2.1.3 Anotomi san Fisiologi Nifas
Dalam masa nifas alat-alat genitalia internal maupun eksternal akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.Perubahan-perubahan alat genitalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi, disamping involusi ini terjadi juga perubahan penting yaitu pengeluaran lochea dan timbulnya laktasi..
2.1.4 Perubahan yang terjadi pada masa nifas.
Perubahan yang terjadi pada masa nifas meliputi perubahan fisik dan psikologi.
A. Perubahan Fisik
a) Sistem Gastrointestinal
Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faat usus kembali normal mestipun keadaan progesterone menurun setelah melahirkan, namun masukan makanan juga mengalami penurunan 1 atau 2 hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawa sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema, rasa sakit didaerah pertama dapat menghalangi keinginan buang air besar..
b) Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen volume darah kembali pada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan haemoglobin kembali normal pada hari ke 5, meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama nifas namun keadaan masih tetap lebih tinggi dari pada normal, plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya kaogulasi meningkat, pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini..
c) Sistem Edokrin
Sekresi hormon pertumbuhan ditekan selama akhir kehamilan dan awal nifas, keadaan rendah dari hormon pertumbuhan dan penurunan cepat pada hormon estrogen dan kortisol dan pada enzim plasenta, insulinase penurunan faktor anti insulin,penurunan faktor insulin pada awal nifas. Fungsi tyroid sulit untuk dievaluasi selama awal nifas sebab fluktuasi yang cepat pada bayak hormon-hormon endokrin. Hypotiroid post partum dicurigai jika seorang wanita gagal untuk laktasi atau jika pemulihan dan persalinan terlambat, peningkatan cepat keadaan plasma dan angiotensi menurun sampai pada nilai normal.
d) Sistem Traktusurinarius
BAK sering sulit selama 14 hari pertama jumlah urin yang bayak akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan, setelah plasenta dilahirkan kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis ureter yang berdilaktasikan kembali, normal dalam waktu 6 minggu.
e) Sistem Intergumen
Adanya striae akibat regangan kulit abdomen hiperpigmentasi areola dan lineanigra mungkin tidak menghilang secara keseluruhan setelah persalinan dan beberapa wanita akan mempunyai pigmentasi hitam yang menetap pada area ini tapi bila ada lineanigra atau loasma biasanya akan memulih dan lama kelamaan akan menghilang
f) Sistem Muskuloskeletal
Pada system musculoskeletal termasuk penyebab relaksasi dan kemudian hiper mobilisasi sendi si ibu yang disebabkan oleh pembesaran uretus. Stabilitas sendi secara sempurna terjadi 6 – 8 minggu setelah persalinan karena persalinan otot-otot panggul diregang 15 – 16 bulan otot mengalami relaksasi, dari hal tersebut membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mencapai tonus sebelumnya.
g) Sistem Reproduksi
· Involusi uretus
Merupakan proses kembalinya alat kandungan dan uterus setelah bayi dan plasenta lahir hingga mencapai keadaan sebelum hamil. Sebab-sebab terjadinya involusi uretus :
- Autolisis
- Aktifitas otot-otot
- Ischaemia (lokao animia)
· Lochea
Adalah secret (sisa lapisan) endometrium dan bisa tempat plasernta yang berasal dari ovum uteri dan vagina dalam masa nifas. Sebab-sebab terjadinya lochea :
- Karena kontraksi uretus
- Proses penyembuhan bekas plasenta yang mengeluarkan eskret.
Sifat-sifat lochea
- Berbau amis
- Reaksi alkalis / baca
- Jumlahnya lebih bayak dari menstruasi
· Vulva dan vagina
Hari pertama dan kedua organ tersebut tetap berada dalam keadaan kendur, setelah tiga minggu vulva dan vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
· Servix
Setelah persalinan estium uteri eksternum pinggirnya tidak rata akibat robekan persalinan
Setelah 2 jam pp→ dapat dilalui 2 – 3
Pada 2 hari pp→ dapat dilalui 2 hari
Pada 4 hari pp→ dapat dilalui 1 hari
Pada 11 hari pp→ berangsur kembali seperti semula
Pada 12 hari pp→ estium uteri internum suda tertutup
Pada 2 minggu pp→ servix suda kembali seperti semula.
· Laktasi
Pada saat kelahiran terdapat 2 kejadian yang merupakan alat dalam melalui laktasi (yaitu pembentukan penyimpanan dan pengeluaran ASI)
· Hormon plasenta (terutama estrogen) yang memungkinkan terjadinya laktasi.
· Menyusui akan merangsang prolaktin dan oxitosin rangsangan pengisapan, diperikan penting untuk produksi susu disamping untuk injeksi colostrum dan susu.
2.1.5 Kebutuhan Dasar Masa Nifas
A. Mobilisasi Dini (Early Mobilisation)
Karena sehabis melahirkan ibu merasa lelah, ibu harus beristirahat, boleh miring kanan – miring kiri untuk mencega terjadinya trombosis dan tramboemboli, biasanya pada 2 jam post partum ibu sudah bisa turun dari tempat tidur dan beraktifitas seperti biasa. Mobilisasi dini mempunyai beberapa keuntungan :
- Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium
- Mempercepat involusi alat kandungan
- Melancarkan fungsi alat gastro intestinal dan alat perkemihan
- Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat pada pengeluaran bias metabolisme dan fungsi ASI
B. Kebersihan
Pada ibu post partum daya tahan kesehatan turun akibat kehamilan dan persalinan untuk memenuhi kebutuhan kebersihan yang dimaksud diataranya adalah :
- Kebersihan dan perawatan vulva
- Kebersihan buah dada / mamae
- Kebersihan pakaian terutama pakian dalam
C. Makanan dan minuman (diet)
Masalah diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk dapat meningkatkan kesehatan dan dalam produksi ASI, bagi ibu post partum kebutuhan makanan 3 x kebutuhan gizi sewaktu tidak hampir dan makanan harus bermutu, bergizi dan sayur-sayuran dan buah-buahan. Dan tidak ada batasan cairan yang masuk jadi harus bayak minum.
D. Miksi dan defekasi
· Hendaknya BAK dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita post partum mengalami sulit BAK karena persalinan Spinkter juga karena adanya odem kantung kemih. Bila kantung kemih penuh dan ibu sulit BAK sebaiknya dilakukan katerisasi.
· BAB harus dilakukan keras dapat diberikan obat laksah peroral / perektal jika masih belum bisa dilakukan kiisma.
E. Perawatan Payudara
Pemberian ASI jangan pilih kasih, hanya pada satu sisi, kedua payudara harus dikosongkan saat memberikan ASI sehingga kelancaran pembentukan ASI berjalan dengan baik. Stagnasi ASI dapat menimbulkan bahaya infeksi sampai abses, yang memerlukan tindakan, putting susu perlu diperhatikan dan dibersikan sebelum memberikan ASI, luka lecet pada putting susu dihindari sehingga mengurangai bahaya infeksi .
F. Perawatan Vulva
Tiap masa nifas perlu dilaksanakan perawatan vulva yang merupakan perhatian khusus dengan memperhatikan teknik aseptik bertujuan untuk mencega infeksi
G. Senam Nifas
Senam nifas sangat dilaksanakan oleh ibu-ibu sehabis melahirkan normal tampa ada kelainan. Ketika kekuatan klien sudah kembali, setelah periode penyesuaian terhadap kelahiran bayi, klien dapat memulai latihan penanganan otot abdomen, selain itu untuk mengurangi rasa sakit pada otot, memperbaiki sirkulasi darah, sehingga tidak menjadi embosi / trombosis, mengencangkan otot perineum, melancarkan pengeluaran lochea dan mempercepat invosi.
Melaksanakan senam nifas melalui beberapa tahapan dari yang paling ringan perlahan-lahan hingga pada gerakan yang agak berat.
2.1.6 Atonia Uteri
2.1.6.1 Difinisi Atonia Uteri
· Atonia uteri adalah uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri
· Atonia uteri adalah tidak mengadakan kontraksi dengan baik dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan post partum.
· Atonia uteri adalah uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan.
2.1.6.2 Gejala-gejala
· Perdarahan pervaginam
· Konsistensi rahim lunak
· Fundus uteri naik (kalau pengaliran darah keluar terhalang oleh bekuan darah atau selaplut rahim)
· Tanda-tanda syock
Perbedaan antara perbedaan atonis dengan perdarahan karena robekan servix adalah sebagai berikut :
Perdarahan karena atonia
|
Perdarahan karena robekan servix
|
- Kontraksi uterus lemah
- Darah warna merah tua berasal dari vena
|
- Kontraksi uterus kuat
- Darah warna merah muda karena bersal dari arteria
- Biasanya timbul setelah persalinan operatif.
|
2.1.6.3
|
Kehamilan beresiko
Partus Lama Tindakan operatif
Atonia Uteri
Penjelasan
Kehamilan yang terjadi pada usia yang terlalu muda ≤16 tahun atau terlalu tua ³ 35 tahun, grande multipar, kelainan rahim, penegangan rahim, sosial ekonomi dapat menyebabkan kehamilan yang beresiko. Dan selanjutnya akan mempengaruhi proses persalinan, salah satunya otot-otot rahim tidak berkontraksi sehingga menyebabkan partus lama atau persalinan yang memerlukan tindakan operatif sehingga menyebabkan pembuluh-pembuluh darah bekas implantasi placenta.
2.1.6.4 Penatalaksanaan
Langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri
Di polindes dan puskesmas
No
|
Langkah
|
Alasan
|
1.
|
Pemijatan pundus uteri segera setelah lahirnya plasenta
|
Pemijatan merangsang kontraksi uterus, sambil melakukan pemijatan sekaligus dapat dilakukan penilaian kontraksi uterus
|
2
|
Bersihkan bekuan darah atau selaput dari vagina dan saluran serviks
|
Bekukan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik
|
3
|
Pasrikan bahwa kandungan kemih kosong, jika penuh atau dapat di palpasi lakukan keteterisasi
|
Kandungan kemih yang penuh dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik
|
4
|
Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit
|
Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding dalam uterus untuk merangsang miometrium untuk berkontraksi. Jika kompresi bimanual tidak berhasil setelah 5 menit dilakukan tindakan lain.
|
5
|
Anjuran keluarga untuk memulai melakukan kompresi bimanual eksternal
|
Keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara eksternal selama anda melakukan langkah-langkah selanjutnya.
|
6
|
Keluarkan tangan perlahan-lahan
| |
7
|
Bersihkan ergometrin 0.2 mg IM (jangan diberikan jika hipertensi)
|
Ergometrin akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus
|
8
|
Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16-18 dan berikan 500 ml RL dan 20 unit oksigen. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin.
|
Jarum dengan diameter besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat dan bila perlu dilakukan tranpusi darah. RL akan membatu memulihkan volume cairan yang hilang secara pendarahan, oksigen IP akn dengan cepat merangsang kontraksi uterus.
|
9
|
Ualngi KBI
|
KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin akan mebantu uterus berkontraksi
|
10
|
Rujuk segera
|
Jika uterus berkontraksi dalam waktu 1-2 menit, berarti ini bukan atonia yang sederhana, ibu membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitasi dimana dapat melaksanakan bedah dan pemberian darah
|
11
|
Dampingi ibu ketempat rujukan, terutama melakukan KBI
|
Kompresi uterus ini memberukan tekanan langsung pada pembuluh terbuka dinding uterus dan merangsang miometrium untuk berkontraksi.
|
12
|
Lanjutkan infuse RL + 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan dengan laju 500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan atau infuse kemudian berikan 25 ml.jam. jika tidak tersedia cairan yang cukup berikan 500 ml kedua dengan perlahan dan berikan minuman untuk rehidrasi
|
RL akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan, oksitosin IP akan dengancepat merangsang kontraksi uterus.
|
13
|
Pada rumah sakit rujukan
- Ligasi uterine dan oparika
- histerektomi
|
(Asuhan Persalinan Normal 2005)
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan
2.2.1 pengumpulan Data
A. Idetitas
Nama klien
Digunakan untuk membedakan antara klien satu dengan yang lain.
Umur
Untuk menentukan prognosa kehamilan, karena umur terlalu lanjut dan terlalu muda maka persalinan lebih banyak beresiko, jadi umur yang baik untuk ibu hamil bersalin yaitu tidak boleh < 16 tahun dan > 35 tahun, biasanya umur > 35 tahun terjadi atonia uteri.
Kebangsaan
Untuk menentukan adat-istiadat atau bidaya yang menentukan ras pernikahan dengan bangsa lain.
Agama
Untuk mengetahui cara mengatasi masalahnya dengan kepercayaan yang dianutnaya.
Pendidikan
Digunakan untuk mengetahui cara berkomunikasi biasanya orang yang berpendidikan tinggi dan berwawasan luas akan lebih mudah untuk melakukan komunikasi dibandingkan oarang yang berpendidikan rendah.
Pekerjaan
Untuk mengetahui status sosial ekonomi misalnya untuk menentukan najuran/pengobatan apa yang akan diberikan dan untuk mengetahui sejau mana pekerjaan dan permasalahan tentang kesehatan.
Alamat
Untuk memudahkan tenaga kesehatan untuk menghubungi klien apabila terjadi sesuatu.
B. Data Objektif
Tanggal/jam
Untuk mengetahui kapan klien datang dan dapat pelayanan
Alasan masuk
Untuk mengetahui kapan klien datang ke luar nifas. Pada kasus atonia uteri didapatkan perdarahan pasca persalinan lebih dari 500 ml dan kontraksi uterus kurang baik/lemah.
Tempat melahirkan
Untuk mengetahui tempat bersalin, apakah klien bersalin di rumah, polindes/rumah saki.
Jenis persalinan
Untuk mengetahui apakah klien melahirkan secara spontan atau dengan tindakan
Komplikasi/kelamaan persalinan
Untuk mengetahui apakah dalam persalinan klien mengalami kompikasi atau tidak
Placenta
Untuk mengetahui apakah placenta lahir spontan atau dengan tindakan indikasi dan juga placenta mulai dari ukuran, cepat dan sisa/selaput placenta yang tertinggal, biasanya pada kasus atonia uteri sisa-sisa placenta sangat berpengaruh.
Tali pusar
Untuk mengetahui ukuran atau kelainan tali pusat, apakah kecil atau besar pada kasus atonia uteri didapatkan ukuran tali pusar normal.
Prineum
Untuk ukuran apakah perineum utuh / ada robekan dan perlu di episiotomi / tidak dan diberi anastesi / tidak.
Perdarahan
Pada kasus atonia uteri didapatkan perdarahan pos pertum yang banyaknya lebih dari 500 ml.
Tindakan lain
Untuk mengetahui tindakan selanjutnya diberi cairan infuse darah.
Riwayat persalinan
Pada kasus atonia uteri didapatkan persalinan dengan partus lama dan partus induksi.
Ketuban pecah
Untuk mengetahui pakah ketuban pecah sepontan atau amniotomi.
Lain-lain
Untuk mengetahui tentang keluhan lain pada klien dan mulai hamil sampai nifas pada kasus atonia uteri klien mengeluh lemah, pusing, berkeringat dingin dan menggigil.
C. Data Subjektif
Keadaan umum
Pada kasus atonia uteri keadaan umumnya lemah.
Keadaan emosional
Pada kasus atonia uteri keadaan emosionalnya biasanya tidak stabil (labil).
Kesadaran
menurun
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
Pada kasus atonia uteri tekanan darah terjadi hipotensi, sistolik< 90 mmHg dan diastolnya , 60 mmHg.
Nadi normalnya 80-100 x/menit
Pada kasus atonia uteri didapatkan nadi cepat . 100 x/ menit, tapi lemah dan kadang-kadang tidak teraba.
Pernafasan
Pada kasus atonia uteri didapatkan pernafasan meningkat lebih dari 20 x/menit
Suhu
Pada kasus Pada kasus atonia uteri didapatkan suhu febris.
Pemeriksaan Fisik
Rambut
Untuk mengetahui kebersihan dan gizi pasien
Muka
Untuk mengetahui ada oedema atau tidak.
Normal : tidak ada oedema
Mata
- Conjungtiva : untuk mengetahui klien anemia atau tidak
Normal : merah muda
- Sklera : untuk menentukan kelainan atau tidak
- Mulut dan gigi :
Untuk melihat kebersihannya.
- Gigi : menentukan caries tau tidak
- Normal : tidak ada caries
- Perdarahan gusi : menentukan ada dan pendarahan atau tidak
- Normal : tidak ada pendarahan
Leher
- Kelenjar Tiroid : menentukan klien kekurangan yodium/tidak
Normal : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Kelenjar Limphe : menegetahui apakah ada pembesaran kelenjar limphe
Normal : tidak ada pembembesaran kelenjar limphe.
Jantung : menentukan apakah ada kelainan pada jantung.
Normal : bunyi reguler
Paru-paru : mengetahui ada sesak/ kelainan pada paru-paru
Normal : bunyi reguler, tidak ada wheezing dan ronchi.
Payudara
Inspeksi
§ Pembesaran : Menentukan ada tidaknya pembesaran pada mamae
Normal : Ada
§ Putting suss : Menentukan puting mononjo/tidak
Normal : Menonjol
§ Bentuk : Menentukan apakah ada kelainan/tidak
Normal : Simetris
§ Pengeluaran
Untuk mengetahui da tidaknya ASI
Normal : Ada pengeluaran colostrum
Abdomen
Inspeksi
§ Luka bekas oprasi : mengetahui riwayat persalinan yang lalu, apakah normal/SC
§ Linea : Ada linea nigra
Striae Livida untuk multi
Striae Livida untuk primi
Uterus
Pada kasus atonia uteri TFU tidak teraba dan kontraksi uterus tidak ada uterus lemah.
Pengeluaran pervaginam
Pada kasus atonia uteri pengeluaran jumlah darah lebih dari 500 ml.
Perineum
Untuk mengetahui apakah ada perineum terdapat bekas jahitan baik atau tidak dan juga mengenai kebersihannya.
Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih terdapat atau tidak, normalnya kandungan kemih kosong.
Ekstremitas atas dan bawah
Untuk mengetahui status gizi dan apakah kelainan. Ekstremitas normalnya : tidak ada oedema, tidak ada kekakuan otot dan sendi, tidak ada kemerahan, tidak ada varices dan reflek patela positif.
D. Uji Diagnostik
Dara : pemeriksaan Hb
Pada kasus uteri Hb ibu menjadi rendah yaitu > 8 gr %
Urine : Reduksi dan albumin
Pemeriksaan urin untuk mengetahui apakah ibu memiliki penyakit biabetes atau tidak dan tidak dan terdapat protein urine atau tidak. Pada kasus atonia uteri, tidak ditemukan reduksi dan albumin pada urine.
2.2.2 Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan indentifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan intepretasi yang benar dan atas data-data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa : P...A...jam...post pertum dengan atonia uteri
Dasar : Pos partum, Kontraksi uterus tidak ada, Konsistensi uterus lemah.
Masalah : Ibu cemas.
Kebutuhan : Konseling dan pengkajian lebih lanjut.
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ini penulis melakukan identifikasi masalah atau diagnosa yang susah di identifikasi.
Diagnosa potensial : Potensial terjadi shock hipovolemik.
Potensial terjadinya infeksi.
Potensial terjadinya anemia.
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Hentikan pendarahan dengan KBI
Rehidrasi dengan infus RL
Kolaborasi dengan DSOG
2.2.5 Merecanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan asuhan yang menyeluruh dari langkah-langkah sebelumnya.
1. Kenalin dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
2. Lakukan dan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan kompresi bimanual.
3. Pastikan placenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagaian placenta masih tertinggal evaluasi sisa placenta) dan tidak ada laserasi jalan lahir.
4. Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan.
5. Lakukan uji beku darah untuk konfirmasi sistem pembekuan darah.
6. Bila semua tindakan di atas telah dilakukan tetapi masih terjadi perdarahan lakukan tindakan spesifik sebagi berikut :
Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar
§ Kompresi bimanual eksternal.
§ Kompresi bimanual internal.
§ Kompresi aoata abdominalis.
Pada rumah sakit rujukan
§ Ligasi arteri ateri dan ovarika.
§ Histerektomi.
2.2.6 Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah 1-5 dilakukan secara efisiensi dan aman.
1. Mengenali dan menegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
2. Melakukan pemasangan infus dan memberikan uterotonika, melakukan kompresi bimanual.
3. Memastikan placenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian placenta masih tertinggal evaluasi sisa placenta ) dan tidak ada laserasi jalan lahir.
4. Memberikan tranfusi darah bila sangat diperlukan.
5. Melakukan uji beku darah untuk konfirmasi sistem pembekuan darah.
6. Apa bila semua tindakan di atas telah dilakukan tetapi masi terjadi perdarahan lakukan tindakan spesifik sebagai berikut :
Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar
a. Melakukan kompresi bimanual eksternal
b. Melakukan kompresi bimanual internal
c. Melakukan kompresi aorta abdominalis
Pada rumah sakit rujukan
a. Melakukan ligasi uteri dan ovarika
b. Melakukan histerektomi
2.2.7 Evaluasi
Pada langkah inidilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.
1. Keadan umum ibu baik
2. Ibu tampak tenang dan tidak pucat
3. Kontraksi uterus baik
4. Perdarahan berhenti
BAB III
TINJAUAN KASUS (SOAP)
Tanggal Pengkajian : 18 – 2 – 2007
Pukul : 17.30
Tempat :
A. Data subyektif
Biodata
Nama ibu : Ny.E Nama Suami : Tn.T
Umur : 20 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Kebangsaan : Indonesia/Sunda Kebangsaan : Indonesia/Sunda
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
1. Alat masuk : 2 jam post partum dengan atonia uteri
2. Keluhan : Ibu mengatakan keluar bayak darah setelah melahirkan, merasa haus, meras lemas.
3. Riwayat persalinan
Tempat : Praktek bidan swasta Bidan Ciremai.
Ibu
Jenis persalinan : Spontan
Masa gestasi : 37-38 minggu
Komlokasi Persalinan : Tidak ada
Plasenta : Lahir Lengkap, spontan
Tali pusat panjang : 50 cm
Kelainan : Tida
Perdarahan : Kala I : ± 50 ml ± 8 jam
Kala II : ± 100 ml ± 30 menit
Kala III : ± 200 ml ± 15 menit
Kala IV : ³ 500 ml
Kebutuhan peah : banyak ± 1000 ml, warna jernih
Tidakan lain : Terpasang infus RL
Bayi
Lahiran : 18-2-2007, pukul : 19045 WIB
Keadaan : Bayi lahir segera menangis
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 3100 gram
Panjang Badan : 48 Cm
Cacat Warna : tidak ada
1. Riwayat kesehatan
Penyakit yang pernah diderita tidak ada
Penyakit yang diderita sekarang tidak ada
2. Eiwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit berat seperti : jatung, paru-paru, Diabetes, AIDS
3. Penyulit dan Komplikasi
Tekanan darah tinggi : Tidak ada
Kejang dan infeksi : Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Lemah
Keadaan emosional : Tidak setabil
Kesadaran : Compos mentris
2) TTV :
TD : 80/60 mmHG
P : 100x/mnt
R : 28 x/mnt
S : 36.50C
3) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Kulit kepala bersih
b. Muka
Oedema tidak ada
c. Mata
Letak simetris, konjungtiva merah muda, tidak ada oedema, sklera putih.
d. Mulut dan gigi
Lidah bersih, gusi tidak mengalami pendarahan.
e. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjar Iymfe.
f. Telinga
Bentuk simentris.
g. Dada
Jantung : Reguler
Paru-paru : Tidak ada wheezing dan ronchi
Payu darah
Bentuk : Simentris
Benjolan : Tidak ada
Puting susu : Menonjol
Areola mamae : Hyperpigmentasi
Colostrum : (+)
h. Punggung dan pinggang
Pinggang : Tidak nyeri
Punggung : Tidak ada sceolosis
i. Abdomen
Bekas luka operasi tidak ada
Striae : Ada
Uterus
TFU : Tidak teraba, kontraksi uterus tidak baik.
j. Pengeluaran darah pervaginam
Warna : Merah Tua
Jumlah : + 500 ml
Perineum : Terjadi laserasi
Kandung kemih : Kosong
k. Extremitas atas dan bawah
Oedema : - / -
Kemerahan : - / -
Kemerahan : - / -
Kekakuan sendi : - / -
4) Uji Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium : tanggal 18-2-2007 pukul WIB.
Darah : Hb : 8,0 %
Urine : tidak dilakukan.
A. Assesment
Tanggal 18-2-2007 pukul 20.00 WIB
P1Ao post partum 2 jam dengan atonia uteri
§ Masalah : cemas, lemah
§ Dignosa potensial :
- Potensial terjadi shock hipovolemik
- Potensial terjadi infeksi post partum
- Potensial terjadi anemia
B. Planning
Memasang infus RL ditangan kiri infus RL sudah terpasang
Memberikan obat uteotonika 1x1 drip amp sudah dimasukan 1x1x drip uteotonika pada infus RL dan terpasang pada tangan kiri, 20-40 tetes/menit
Memberikan ibi intake cairan perroral ibu diberikan the manis hangat
Mengobservasi perdarahan kontraksi uteri lemah
Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital KU lemah TD : 80/60 mmHg, N : 90 x/menit, R : 24 x/menit, S : 360C.
Pemberian therapy peroral solvitro 250 mg 10 tablet 3x1 per hari dan amoxilin 500 mg 10 tablet 3x1 per hari.
Tanggal 19-2-2007, pukul 23.30 WIB
S : ibu mengatakan keadaannya sudah mulai membaik, pusing dan keringat dingin sudah tidak ada, darah sudah tidak banyak yang keluar, perut terasa mules.
O : - Keadaan umum : cukup
- TTV : TD : 90/70 mmHg
N : 100x/menit
R : 22x/menit
S : 36.50C
- perdarahan :± 200 ml
- TFU 2 jari dibawah pusat
- Kontraksi uterus baik
- Hb ; 8 gr %
A : P1Ao pos partum hari ke 1 dengan anemia
Masalah : tidak ada
Diagnosa potensial : potensial terjadi anemia berat
P : - memberi tahu ibu tentang hasil pemeriksaan ibu dan keluarga tahu dan mengerti pemeriksaan yang dilakukan.
- Mengobservasi TTV
- TTV : TD : 100/80 mmHg
N : 80x/ menit
R : 20x/menit
S : 36.50C
- Mengobservasi perdarahan darah yang keluar ±150 ml, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi +
- Mengganti kain yang terpakai dengan kain yang bersih ibu merasa nyaman
- Memberikan ibi sarapan ibu mau makan
- Mengambilkan darah untuk cek Hb ulang melakukan pemeriksaan Hb (8,2 gr %)
- Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya bayi mau menetek
- Menganjurkan ibu untuk cukup istirshat ibu dapat istirahat dengan cukup
Tanggal 20-2-2007, pukulo 11.00 WIB
S : ibu mengalami keadaannya sudah jauh lebih baik
: - Keadaan : composmentis, keadaan umum : baik
- TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 80x/menit
R : 20x/menit
S : 36,90C
- TFU 2 jari dibawah pusat
- Kontraksi uterus baik
- Perdarahan ±50 ml
- Hb :8,6 gr %
A : P1Ao post partum hari ke 2 dengan anemia
Masalah : tidak ada
Diagnosa potensial : potensial terjadi anemia berat
P : - Mengobservasikan ibu keluarga tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan ibu dan keluarga tahu dan mengerti pemeriksaan yang dilakukan.
- Mengobservasi TTV
- TTV : TD : 100/80 mmHg
N : 80x/menit
R : 20x/ menit
- Mengobservasi lochea lochea lubra (warnah merah)
- Mengobservasi kontraksi uterus dan perdarahan kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, darah yang keluar ± 50 ml.
- Memberikan makan siang ibu mau makan siang.
- Menganjurkan ibu untuk membersihkan putting sebelum meneteki ibu mau membersihkan putting susu sebelum meneteki.
- Menganjurkan ibu untuk menetei bayinya sesering mungkin/sekehendak bayi bayi mau menetek.
- Ibu meminta pulang diperbolehkan pulang, dengan keadaan umum baik walaupun hasil pemerikasaan Ho terakhir 8,6 gr %.
- Memberitauh .
- Konseling gizi sehubungan kadar Hb yang masih dibawah standar ibu mengerti dan paham tentang konseling yang telah diberikan.
- Membuat kesepakatan dan kadar Hb yang masih dibawah standar ibu sepakat melakukan kunjungan ulang satu minggu yang akan datang atau apabila ada tanda-tanda bahaya nifas.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis memberikan asuhan kebidanan kepada Ny. E post partum dengan atonia uteri, ternyata penulis menemukan :
4.1 Pengkajian
Dalam pengambilan data atu pengkajian pada Ny. E, penulis di dapatkan kesesuaian antara konsep asuhan kebidanan dengan tinjauan kasus serta penulis tidak menemukan hambatan yang begitu berarti, antara teori dan kenyataan tidaklah jauh berbeda, sehingga pada pengkajian ditemukan tidak adanya kesenjangan atara teori dan praktek.
4.2 Identifiksi Diagnosa
Pembahasan untuk diagnosa didapatkan kesesuaian antara konsep asuhan kebidanan dengan tinjauan kasus dan sesuai dengan teori yaitu : Antonia Uteri adalah uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan. (prawirohardjo, 2002:242). Diagnosa yang ditegakkan penulis pada Ny.E dalam lingkup praktek kebidanan sesuai dengan konsep teori yaitu ibu post partum dengan antonia uteri, sehingga identifikasi diagnosa ditemukan tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
4.3 Perencanaan
Dilam perencanaan asuhan, penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan, di dalam teori terdapat perencanaan KBI,dan di lahan praktek penulis tidak menemukan perencanaan ibu post partum dengan antoni uteri yang sesuai dengan teori.
4.4 Pelaksanaan
Pada pelaksanaan perawatan Ny. E post partum dengan antoni uteri, penatalaksanaan KBI tidak dilakukan pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan teori yang ada.
4.5 Evaluasi
Dari hasil asuhan yang diberikan diharapkan keadaan ibu baik dalam kasus Ny. E rencana asuhan dapat diberikan / dilaksanakan sehingga hasil sesuai dengan yang diharapkan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian dan asuhan kebidanan pada Ny. E post partum dengan antonia uteri penulis menarik kesimpulan yaitu
Bahwa kasus HPP karena antonia uteri yang ditemukan di lapangan pada kasus Ny. E penyebabnya adalah dikarenakan partus lama setelah dilakukan asuhan yang menyaluruh dan tepat ibu yang tadinya mengalami pendarahan berangsur membaik, sehingga terjadinya syok hipofolemik & infeksi juga dapat hindari.
5.2. Saran
1. Kepada Ny. E diharapkan memenuhi kebutuhan gizi seimbang dan merawat kebersihan payudara dan genetelia serta memeriksakan diri minimal tujuh hari setelah post partum atau bila terjadi tanda-tanda bahaya nifas diharapkan datang ke tenaga kasehatan
2. Kepada pihak bidan praktek swasta diharapkan lebih melengkapi sarana dan prasarana untuk lebih mengoptimalkan pelayanan, khususnya pada kasus antonia uteri.
3. Kepada Prodi D III Kebidanan agar memberikan waktu yang cukup kepada mahasiswa dan memberikan bimbingan secara efektif sebelum mahasiswa terjun ke lahan praktek sehingha setiap asuhan yang diberikan dapat semaksimal mungkin yang akhirnya baik bagi mahasiswa, ibu post partum, RS, maupun pihak pendidikan.
0 comments:
Post a Comment