Home » » IMUNISASI UNTUK MENCEGAH PENYAKIT MENULAR

IMUNISASI UNTUK MENCEGAH PENYAKIT MENULAR


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Mengapa imunisasi merupakan upaya pencegahan berdimensi kesetiakawanan tinggi ?.
Imunisasi memberikan kekebalan individu, hal itu dilakukan oleh orang  perorang atau seorang ibu yang membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi. Imunisasi memiliki tanggunjawab  ganda, yaitu selain memberi  perlindungan pada anaknya agar tidak terkena penyakit menular, juga seorang ibu telah memberikan memberikan kontribusi sosial yang tinggi. Imunisasi merupakan salah satu pencegahan penyakit yang utama didunia. Penyelenggaraan imunisasi diatur secara universal, melalui badan dunia seperti WHO dan UNICEF.
Di Indonesia, imunisasi merupakan andalan program kesehatan, diatur oleh undang – undang Negara  dalam hal ini oleh departemen kesehatan.
Program imunisasi di Indonesia bertujuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit dan angka kematian akibat penyakit menular.
Menyadari betapa pentingnya imunisasi, maka penyusun mengambil judul. “ Imunisasi Untuk Mencegah penyakit Menular”.

1.2    Maksud dan tujuan
Dalam suatu kegiatan yang dilakukan pasti terkandung maksud dan tujuan. Adapun maksud dan tujuan, pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.       Untuk melengkapi tugas mata kuliah pendidikan bahasa Indonesia.
b.      Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman tentang imunisasi.

1.3    Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penyusunan makalah ini penyusun ingin membahas tentang pengertian imunisasi dan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi.  


1.4    Metode yang digunakan
Dalam pembuatan makalah ini saya menggunakan beberapa metode untuk memudahkan penusunan makalah ini. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.      Literatur.
Yaitu mengumpulkan data-data untuk melengkapinya melalui beberapa sumber berupa buku-buku yang dapat menunjang pada makalah ini.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Pengertian Imunisasi
Imunisasi memiliki dimensi tanggung jawab ganda, yaitu selain memberikan perlindungan pada anaknya agar tidak terkena penyakit menular, juga seorang ibu telah memberikan kontribusi sosial yang tinggi, yaitu anak yang telah mendapat kekebalan setelah imunisasi akan menghambat perkembangan penyakit di kalangan masyarakat. Dengan demikian imunisasi memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.
Imunisasi adalah sebagi alat pencegahan penyakit menular. Imunisasi program utama suatu Negara. Di Indonesia, imunisasi merupakan andalan program kesehatan, diatur oleh negara dalam hal ini Departemen Kesehatan.
Program imunisasi di Indonesia, dapat dijabarkan :
a.      Imunisasi Rutin
Diberikan kepada bayi dibawah umur satu tahun, wanita usia subur, yaitu wanita berusia 15 hingga 39 tahun termasuk ibu hamil dan calon pengantin. Vaksin yang diberikan pada imunisasi rutin melipui, pada bayi : hepatitis, B, BCG, polio, DPT, dan campak. Pada usia anak sekolah : DT (Difteri Tetanus), campak, dan Tetanus Toksoid, sedangkan pada wanita usia subur diberikan Tetanus Toksoid
b.      Imunisasi Tambahan
Akan diberikan bila diperlukan. Imunisasi ini diberikan pada bayi dan anak usia sekolah dasar. Imunisasi tambahan sering dilakukan misalnya ketika terjadi suatu wabah penyakit tertentu dalam wilayah dan waktu tertentu. Misalnya, pemberian polio pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan pemberian imunisasi campak pada usia sekolah.
c.       Vaksin yang diberikan secara gratis oleh pemerintah diantaranya.
1.      Hepatitis B
2.      Diphterin
3.      Pertusis
4.      Tetanus
5.      Polio
6.      BCG
7.      Campak

2.2    Jenis Penyakit
Vaksin yang diberikan secara gratis oleh pemerintah hanya untuk tujuan  antingen dasar penyakit menulat
  1. VAKSIN BCG
VAKSIN BCG adalah  vaksin untuk mencegah penyakit tuberkolosis atau lebih dikenal dengan istilah
Penyakit TBC.Penyakit TBC merupakan  penyakit infeksi  yang disebabkan olek sejenis bakteri yang berbentuk batang yang disebut Mycobacterium tubercolosis. M tubercolosis juga dikenal dengan sebutan Basil Tahan Asam, atau disingkat sebagai BTA. Apabila seseorang yang diduga menderita TBC setelah diperiksa dengan mikroskop didapatkan kuman BTA dalam dahaknya,berati orang tersebut positif mengidap penyakit TBC aktif dan disebut pula sebagai BTA positif.
Secara teori, Mycobacterium tubercolosis bisa menyerang sebagai alat atau organ tubuh yang penting.paru-paru, TBC juga bisa menyerang tulang, selaput otak, usus, kelenjar getah bening, dan lain sebagainya.
Ada tiga jenis kuman Mycobacterium tubercolosis, yaitu Mycobacterium bovis yang menyebabkan penyakit hewan pada sapi perahan,Mycobaterium tubercolosis sendiri, dan Mycobacterium leprae yaitu penyebab penyakit lepra atau kusta.
Kuman TBC  itu sendiri ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Tanggal penemuannya , selalu diperingati sebagai Hari TBC Dunia, yakni tanggal 21 Maret.
TBC merupakan penyakit yang bayak dijumpai di Indonesia. Kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia, utamanya melalui paru-paru dengan cara menghirup udara yang terkontaminasi dengan kuman TBC. Anak-anak yang terpapar oleh kuman TBC untuk pertama kalinya, akan menderita penyakit TBC yang dikenal dengan sebutan komplek primer. Kuman yang berhasil ditangkap disalurkan pernapasan bronkhus, lalu diserat ke dalam kelenjar life. Namun, karena kuman TBC mala bisa menginfeksi kelenjar limfe.
Suatu saat apabila pertahanan tubuh melemah, biasanya ketika menjelang dewasa, misalnya karena stres, kurang gizi, dan lain sebagainya, maka kuman TBC ini bisa berkembang. Pada anak-anak penyakit TBC dapat menimbulkan komplikasi, menjalar ke otak dan menimbulkan meningitis (meningitis tubercolosa).Penyakit ini sangat berbahaya, karena menimbulkan kematian dan kelainan saraf apabila survive dan dapat menimbulkan kecacatan yang permanen
Penyakit TBC paru dapat dicega dengan berbagai cara,mulai dari perbaikan lingkungan rumah seperti sirkulasi udara, pengaturan kepadatan persatuan rumah (satu kamar dihuni tidak boleh lebih dari 4 orang), gizi yang baik, serta tentu saja imunisasiatau vaksin BSG atau Bacille Calmette Geurin.
Bayak penelitian dilakukan terutama mempertanyakan kontroversi efektivitas pemberian BCG. Di beberapa negara maju, vaksin BCG tidak dimasukan sebagai program resmi, karena dianggap penyakit TBC sudah menurun akibat perbaikan sanitasi, kualitas perumahan, dan perbaikan gizi. Indonesia termasuk negara yang memasukan vaksin BCG kedalam program imunisasi.
Daya kekebalan yang ditemukan oleh vaksin BCG amat bervariasi. 85 persen kekebalan yang telah ditimbulkan oleh pemberian vaksin BCG semasa lahir akan menurun efektifitasnya ketika anak menjelang dewasa.
Kini dunia sedang melakukan penelitian untuk mendapatkan vaksin BCG yang baru yang lebih efektif.

  1. TOKSOID DIPHTERI
Diphteria adalah penyakit akut saluran napas bagian atas yang sangat mudah menular. Penularannya melalui droplet (percikan ludah atau cairan dari wilayah mulut dan hidung) yang melayang-layang di udara dalam sebuah ruangan dengan penderita atau melalui kontak memegang benda yang terkontaminasi oleh kuman diphteria. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Corynebacterium diphteriae. Kuman yang tidak dapat bergerak ini tahan dalam beberapa minggu dalam air, suhu dingin(es), serta lendir yang mengering.
Penyakit ini ditandai dengan adanya pertumbuhan membran (pseudomembran) berwarna putih keabu-abuan, yang berlokasi utamanya di nasofaring atau daerah tenggorokan. Membran tersebut dapat menutup saluran napas dalam waktu sangat singkat dalam hitungan jam hingga hari. Lokasi pseudomembran, selain di faring juga bisa di trachea-saluran napas di bawah tenggorokan, hidung, dan di tonsil. Penyakit ini pertama kali pernah dilaporkan pada tahun 1550 BC di Mesir. Dalam bahasa Latin difteria artinya tanned skin atau kulit yang dimasak jadi bentuknya menebal dan beku.
Selain merusak sel mukosa tenggorokan bagian atas,toksin atau racun juga dapat merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf. Penyakit ini pada dasarnya merupakan ancaman bagi negara maju maupun negara berkembang. Anak-anak dengan gejala demam disertai gejala membran yang tampak putih keabu-abuan pada daerah tenggorokan bagian atas harus ditanyakan ke dokter apalagi kalau tidak memiliki riwayat pernah mendapat imunisasi difteri.
Secara umum gejala penyakit difteri ditandai dengan adanya demam yang tidak terlalu tinggi, kemudian tampak lesu, pucat, nyeri kepala, anoreksia (gejala tidak mau makan), dan tampak lemah sekali. Gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas pilek, napas yang sesak dan berbunyi yang dinamakan stridor.
Beberapa studi AS dan Eropa menunjukan bahwa bayak orang dewasa masih rentan terhadap penyakit difteri ini. Penelitian juga memberikan indikasi adanya perbedaan tingkat kekebalan yang berkaitan dengan jadwal imunisasi. Jadwal imunisasi difteri yang tidak diikuti akan memberikan tingkat kekebalan yang berbeda.
Secara alamiah manusia adalah satu-satunya tempat persinggahan C. diphteriae, agar kuman difteri bisa bertahan di muka bumi ini. Manusia dikenal sebagai natural host dari bakteri C. diphteriae. Penularan hanya terjadi melalui kontak dari orang ke orang. Untuk pengobatan bisa menggunakan ADS (Anti Diphterie Serum) dan sekaligus diberi antibiotik. Untuk pencegahannya vaksin difteri diberikan secara bersama dengan vaksin pertutis dan tetanus toxoid,yang ketiganya dikenal sebagai vaksin trivalen yaitu DPT (difteri, pertusis, dan tetanus).
Pemberian toksoid difteri dapat merangsang timbulnya kekebalan, oleh sebab itu dapat di anggap sebagai vaksin.

  1. VAKSIN PERTUSSIS
Penyakit pertusis tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah padat. Dalam satu keluarga penyakit ini dapat menular dengan cepat dari satu anak ke anak lainnya. Cara penularan dikenal melalui jalan udara atau airborne. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, namun terbayak umur 1 tahun-5 tahun dan entah kenapa laki-laki lebih bayak terserang ketimbang perempuan. Wabah pertulis pertama dilaporkan oleh Guillaume de Baillou di Paris pada tahun 1578.
Penyakit yang dikenal sebagai penyakit batuk rejan, menyerang bronkhus yakin saluran napas bagian atas. Gejala awal biasanya batuk-batuk ringan, pada siang hari. Makin hari makin berat disertai batuk paroksismal selama dua hingga enam minggu.
Anak-anak kan menjadi gelisa, berkeringat, muka merah karena menahan batuk. Gejala lain adalah pilek, serak, anoreksia (tidak mau makan) dan gejala lain yang mirip influenza.
Penyebab penyakit adalah sejenis kuman yang disebut Bordetella pertussis. Kuman ini seperti halnya kuman difteri juga merupakan kuman yang tidak mampu bergerak. Bordetella pertusis  baru behasil disolasi pada tahun 1906.
Pada tahun 1914 untuk pertama kali dicoba membuat vaksin kombinasi antara pertulis dengan difteri dan tetanus atau dikenal sebagai DTP. Namun, pengunaanya secara luas baru dilakukan pada tahun 1948. Pada tahun 1996 diproduksi vaksin pertusis yang baru yang less reactogenic,  yang dikenal sebagai acellular  dan ditandai dengan singkatan a.P.
Program imunisasi di indonesia menggunakan antigen pertusis yang whole cell. Program imunisasi DTP di dunia termasuk indonesi telah berhasil mengurangi wabah dan kejadian pertusis. Vaksin pertusis merupakan salah satu komponen penting dalam gabungan vaksin toksoid DTP atau defteri-pertusis –tetanus. Vaksin pertusis diberikan dalam tiga dosis dengan interval masing-masing delapan minggu. Ketika bayi baru lahir atau neonatus  sudah bisa diberikan, namun dalam praktiknya menunggu hingga bayi berumur dua bulan.


  1. TOSOID TETANUS
   Penyakit tetanus adalah penyakit menular yang tidak menular dari manusia kemanusia langsung. Kadang-kadang C tetapi juga bisa berkembang dalam dalam telinga bagian tangah yang menderita infeksi yang disebut ototis media. Penyakit tetanus dapat berkembang tanpa riwayat luka ditampat lain atau riwayat kecelakan, juga dapat di temukan pada anak setelah di sunat (circumasis) dengan perawatan luka yang kurang baik. Masa inkubasi tetanus, yakni dari saat kemasukan kuman hingga timbul gejala, adalah tiga hari atau tiga minggu, tergantung di mana terdapat lukan. Manifestasi kelinik berupa kejang akibat racun ataun eksotoksin (ekotoksin) tetanus yang di lepaskan oleh closteridia tetani pada masa pertumbuhan aktifitas dalam tubuh manusia. Rhisus sardonikus adalah suatu keadan berupa kejang atau spasme otot wajah dengan alis tertarik keatas, sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat pada gigi.Dalam kondisi demikian penderita juga bisa mengalami asfiksia atau kondisi seperti orang yang lehernya tercekik oleh kerna otot-otot kejang dan sulit bernafas. Tidak semua penderita tetanusmengalami gejala yang sama. Untuk itu ada tiga gejala tetanus yakni :
Tipe pertama penderita hanya mengalami kontraksi otot-otot lokal, jadi tidak mengalami gejala rhisus sardonikus.
Tipe kedua adalah tipe generalized (umum). Hal ini terjadi pada 30 pasien orang yang menderita tetanus.
Tipe ketiga adalah tipe cephalic (tipe susunan syaraf pusat), tipe ini relatif jarang.
Ibu hamil sangat rawan berisiko terkena penyakit tetanus khususnya, ketika melahirkan di rumah oleh paraji atau dukun melahirkan yang kurang terlatih. Penyakit tetanus pada bayi yang baru di lahirkan dikenal sebagai tetanus neonatorum.Diperlukan imunisasi ulang atau booster satu tahun kemudian setelah imunisasi dasar lengkap yaitu DPT tiga kali tepatnya pada usia 18 bulan, serta di berikan lagi ketika usia sekitar lima tahun (kira-kira tiga tahun setelah buster petama) dan selanjutnya setelah lima tahun diberikan bersama toksoid difteria (tanpa pertusis) atau lazim di kenal dengan vaksin DT.
  1. VAKSIN POLIO
   Polio atau panyakit infeksi yang menyebabkan kelumpuhan kaki. Sebenarnya kelumpuhan yang disebabkan oleh viru polio ini, dapat pula melumpuhkan otot-otot badan serta anggota tubuh lainya. Yang paling sering, virus ini menyebabkan kelumpuh kaki sebelah. Seperti kita ketahui, virus polio masuk kedalam tubuh melalui saluran pencernaan. Misalnya saja ketika seseorang minum air sungai yang terkandung virus, maka virus tersebut akan menempel pada dinding usus halus, menggandakan diri masuk kesistem syaraf menimbulkan kerusakan dan kelumpuhan.
   Polio adalah penyaki akut yang disebabkan oleh tiga serotipe (jenis) virus polio, yaitu virus dengan kode p1        
Virus dengan kode P1, P2, dan P3. Polio tipe 1 dikenal sebagai virus yang paling ganas di antara teman-temannya. Bila berhasil masuk ke dalam sel dinding usus, maka akan berkembang dalam sel-sel dinding usus dan kemudian merusak sel syarafyang menyebabkan lumpuh layuh. Sebuah penelitian mengatakan sekitar 72 persen di perkirakan tanpa gejala, 24 persen dengan gejala minor, dan hanya 1 persen akan menderita lumpuh layuh.
   Gejala awal penyakit polio tidak khas, yakni hamya menderita demam malaise (lemah), muntah, sakit tenggorokan, kontifasi atau mengalami kesulitan buang air besar sakit perut, mual, dan pusing. Namun, kalau ada anak mengalami gejala yang telah di sebut tadi belum tentu mendirita penyakit polio.
   Penyakit polio sangat menular. Secara teori bisa menyerang semua umur, namun anak-anak lebih sering. Cara penularannya seperti telah disinggung adalah melalui rute fecal oral. Fecal oral artinya melalui rute mual-mual dan tinja atau kotoran anak yang memiliki virus dalam ususnya dan dibuang tidak pada tempatnya, misalnya disungai atau di halaman. Kemudian tinja yang mengandung virus tadi mengontaminasi maknan maupun miniman, air minun biasa, susu yang di buat dalam gelas atau tempat minum yang dicuci dengan air tidak bersih, maupun makanan lainya. Kemudian virus polio yang masuk kedalam usus akan berkembang biak dalam sel-sel dinding usus, dan dikeluarkan atau diekskresikan bersama kotoran pederita polio (tinja) dan seterusnya.
   Di dalam tubuh manusia virus ini akan menyerang susunan syaraf, terutama medula spinalis yakni syaraf tulang belakang dan menyebabkan kelumpuhan otot-otot kaki secara permanen. Virus juga dapat menyerang susunan syaraf pusat (otak). Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa penyakit polio umumnya di kaitkan dengan sanitasi yang buruk.
   Reservoir utama dari virus ini madalah manusia, sehingga kalau seluruh manusia dibuat kebal, maka virus ini tidak akan memiliki kesempatan hidup di dunia dan akan punah. Pemberian vaksin polio dianjurkan semuda mungkin. WHO merekomendasikan sejumlah empat kali pemberian yaitu, ketika bayi baru lahir atau at birth, yang kedua dan seterusnya diberikan ketika berumur enam minggu, 10 minggu, dan 14 minggu terutama pada daerah endemik polio dan negara yang dikategorikan sebagai recently polio endemic seperti Indonesia.

  1. VAKSIN CAMPAK (“MEASLES”)
Penyakit campak juga termasuk penyakit “toea” atau kuno. Catan “dokter” Rhazes dari persia atau di kenal juga sebagai Abu Bakar yang hidup pada abad 10 menceritakan adanya campak. Orang-orang yang hidup pada abad 17 sudah bisa membedakan antara penyakit campak dengan penyakit cacar. Namun, upaya pengembangan vaksin campakbaru di mulai pada tahu 1911. Kini dunia sepakat untuk melakukan eradikasi campak. Pertemuan di Cape Town, Afrika Selatan, pada tahun 2003 mengonfirmasikan hal tersebut (penulis hadir dalam pertemuan tersebut).
   Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk kedalam genus Morbilivirus dan keluarga Paramyxoviridea.Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan menular di udara melalui sistem pernafasan, terutama percikan ludah (atau cairan yang keluar ketika seseorang bersin, batuk, atau berbicara) seorang penderita. Masa inkubasi penyakit ini berkisar sekitar 10 hingga 12 hari, kadang-kadang hingga 2-4 hari. Gejala awal berupa demam, mmalaise atau lemah, gejala conjunctivitis dan coryza atau kemerahan pada mata seperti halnya sakit mata, serta gejala radang trakheobronk.    


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan dan Saran
Imunisasi merupakan salah satu upaya manusia yang tidak berkesudahan. Upaya ini pada dasarnya, merupakan naluri bertahan umat manusia dari ancaman penyakit yang setiap hari mengancam kita. Pada dasarnya imunisasi merupakan pencegahan penyakit menular yang tepat dan benar. Imunisasi hendaknya diperhatikan oleh setiap manusia, terutama pra ibu agar senantiasa membawa anaknya ke pusat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi, karena anak-anak terutama bayi rentan terhadap penyakit-penyakit yang telah disebutkan / diuraikan pada bab sebelumnya.

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. Artikel Kesehatan | Kembali ke Atas
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger