Konsep Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengumpulan
Data
2.2.1.1 Identitas
Klien
Untuk mengetahui secara lengkap tentang sasaran
asuhan kebidanan.
Nama klien : Untuk
membedakan dengan klien lain.
Umur : Untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan
yang dilakukan, umur ideal untuk hamil 20 – 30 tahun maksimal 35 tahun, lebih
dari 35 tahun serta mempunyai resiko terjadinya kecacatan pada janin. Pada
primigravida muda < 15 tahun, primigravida tua > 35 tahun.
Suku/kebangsaan :Untuk mengetahui bahasa dan kebudayaan
klien.
Agama : Sangat
berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan dengan mengetahui agama klien
akan lebih mudah mengatasi masalahnya.
Pendidikan : Hasil
penelitian : kesehatan ibu dan anak akan lebih terjamin yang mempunyai tinggi.
Pekerjaan : Untuk
mengetahui sejauhmana pekerjaan dengan permasalahan kesehatan dan pembiayaan
dan dapat menunjukkan keadaan ekonomi mempengaruhi kesehatan.
Alamat : Mempermudah
hubungan bila mendesak dan memberi petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal.
2.2.1.2 Anamnesa
Tanggal / Jam : Untuk mengetahui kapan klien datang dan mendapatkan
pelayanan serta untuk mengetahui umur kehamilan sampai saat dianamnesa.
a.
Alasan utama masuk kamar bersalin
Ibu mengatakan merasa hamil 9 bulan dengan keluhan mules yang semakin
lama semakin sering dan kuat serta keluar lendir yang bercampur darah dan
mengatakan air-air belum keluar.
b.
Perasaan (sejak terakhir datang ke klinik)
Seorang ibu bersalin kadang menjelaskan perasaan “berbeda”, gelisah atau
“aneh” sebelum mengalami persalinan dan ibu bisa merasa bergairah atau cemas.
Mereka biasanya menghendaki ketegasan mengenai apa yang sedang terjadi pada
tubuh mereka.
c.
Tanda-tanda bersalin
Seorang ibu dikatakan dalam persalinan (inpartu) bila telah timbul his
yaitu kontraksi yang teratur, makin sering, makin lama, dan makin kuat serta
mengeluarkan lendir bercampur darah (bloody show). Bila ketuban sudah pecah,
ibu harus berbaring.
d.
Pengeluaran pervaginam
Pada ibu bersalin terjadi pengeluaran lendir yang bersemu darah (bloody
show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis
karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari
pembuluh. Pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah
karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.
e.
Masalah-masalah khusus
Pada kasus persalinan normal, tidak ditemukan adanya masalah-masalah yang
menyertai kehamilan maupun persalinan, pada kasus robekan perineum derajat II
masalah adalah perineum kaku.
f.
Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu pernah atau sedang menderita suatu penyakit
yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi kehamilan dan persalinannya seperti
jantung, DM, hipertensi dll.
g.
Riwayat menstruasi
Haid pertama / menarche : Menstruasi
pada wanita normal sekitar umur 12 – 16 tahun.
Siklus haid : Panjang
siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28
hari, tetapi variasinya cukup luas. Panjang siklus yang biasa pada manusia
adalah 25 – 32 hari.
Banyaknya haid & sifat darah :
Jumlah perdarahan sekitar 50 cc, tapi terjadi bekuan darah karena mengandung
banyak fermen. Bila terdapat gumpalan darah, menunjukan perdarahan menstruasi
cukup banyak.
Lamanya haid : Biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah
sedikit-sedikit kemudian dan ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada wanita biasanya
lama haid itu tetap.
Dismenorrhoe : Sewaktu haid kebanyakan wanita merasa kurang senang, merasa
gelisah, sakit punggung dan lain-lain. Buah dada agak nyeri dan mungkin sedikit
membengka
HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)
: Hukum Neagle
Siklus
28 hari
(+7)
(-3) (+1)
Siklus
35 hari
(+14)
(-3) (+1)
1. HPHT : Untuk menghitung usia kehamilan dan mengetahui
taksiran persalinan.
2 .Siklus : Siklus menstruasi yang normal adalah 28 – 31
hari.
3. Konsistensi : Normal, encer.
h.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan : Abortus, pendarahan,
toxemia, gravidarum, hiperemesis, dll.
Persalinan : Spontan / SC / buatan,
aterm / premature, bidan / dokter / pendarahan.
Nifas : Infeksi,
pendarahan, flour albus, laktasi
Tgl. Lahir Thn
|
Usia Kehamilan
|
Jenis Persalinan
|
Tempat Persalinan
|
Komplikasi
|
Penolong
|
Bayi
|
Nifas
|
|||
Ibu
|
Bayi
|
BB
|
PB
|
Jenis
|
Keadaan laktasi
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
i.
Riwayat kehamilan sekarang
1.
Setiap wanita memerlukan kunjungan paling sedikit 4x
kunjungan selama hamil :
a)
Satu kali selama trimester I (sebelum 14 minggu).
b)
Satu kali selama trimester II (antara minggu 14 – 28).
c)
Dua kali selama trimester III (Antara minggu 28 – 36
dan sesudah minggu 36).
2.
Keluhan selama kehamilan
Trimester I : Mengalami perubahan
hormon esterogen dan progesteron akibat merasa mual, letih lesu muntah, pusing
dan sulit merasakan kehamilan.
Trimester II : Masa nyaman yaitu mual
muntah dapat diatasi klien sudah beradaptasi, merasakan gerakan anak.
Trimester III : Rasa
tidak sabar, takut, sering BAK, sakit pinggang oedem pada kaki di malam hari,
paginya hilang.
3.
Untuk mencegah terjadinya tetanus pada ibu dan bayi, TT
minimal 5x :
TT 1 : Pada kunjungan antenatal
pertama.
TT 2 : 4 minggu setelah TT 1 (3
tahun)
TT 3 : 6 bulan setelah TT 2 (5
tahun)
TT 4 : 1 tahun setelah TT 3 (10
tahun)
TT 5 : 1 tahun setelah TT 4 (25
tahun / seumur hidup)
4.
Pergerakan janin / fetus
Pada primigravida bisa dirasakan pada usia kehamilan 18 minggu sedang
pada multigravida dirasakan pada usia kehamilan 16 minggu.
5.
Riwayat kebiasaan sehari-hari
a)
Makan dan minum terakhir
Mengetahui kapan ibu makan dan minum yang terakhir guna untuk menambah
tenaga ibu saat bersalin dan mencegah dehidrasi.
b)
BAK dan BAB terakhir
Untuk kenyamanan ibu saat bersalin, selama persalinan ibu harus berkemih
paling sedikit 2 jam sekali / lebih jika terasa ingin berkemih.
c)
Tidur dan istirahat antara 8 – 9 jam sehari (siang +
malam).
d)
Sexualitas :
Trimester I : 2 minggu sekali (karena
masih rawan) dan tidak boleh coitus pada wanita pernah abortus.
Trimester II : 1 x seminggu karena pada
masa ini adalah masa aman.
Trimester III : Pada
masa ini sebaiknya jangan melakukan coitus, sedangkan pada klien > 36 minggu
boleh dilakukan (merangsang kontraksi).
e)
Pekerjaan
Sebaiknya ibu hamil tidak melakukan pekerjaan yang berat karena akan
beresiko pada kehamilannya.
j.
Psikologis
Ibu terlihat cemas dan gelisah menghadapi persalinannya.
2.2.1.3
Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
a.
Keadaan umum : Untuk membedakan apa klien ada masalah
kesehatan / tidak dalam masalah.
Normal : baik.
Keadaan emosional : Untuk
mengetahui status emosional klien. Normal : stabil.
Kesadaran : Untuk mengetahui
apa klien ada kelainan mental / tidak.
Normal
: compos mentis
b.
Tanda vital
Tekanan darah : Untuk
mengetahui klien menderita hipertensi, eklamsi atau tidak.
Sistol
normal 100 – 120 mmHg
Diastol
: 60 – 90 mmHg
Suhu tubuh : Untuk mengetahui
klien dalam keadaan panas / tidak.
Normal
: 36,5 – 37,50C.
Denyut nadi : Menentukan apakah
klien menderita penyakit / tidak.
Normal
: 80 – 100 x/menit.
Pernapasan : Menentukan
apakah klien menderita sesak nafas / tidak.
Normal
: 16 – 24 x/menit.
(Laporan
Kasus Tahun 2008)
c.
Tinggi badan
Sebaiknya di atas 145 cm. Jika kurang dari 145 cm, diperkirakan panggul
sempit yang menghambat proses persalinan. (Diktat Askeb I : 30 – 31)
d.
Berat badan
Berat badan selama kehamilan harus meningkat. Pertambahan berat badan
selama hamil rata-rata 0,3 kg – 0,5 kg / minggu. Bila dikaitkan dengan umur
kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda ± 1 kg dan trimester II dan
III masing-masing 5 kg. Akhir kehamilan pertambahan berat badan total 9 – 12
kg. (Diktat Kuliah Askeb I).
e.
Pemeriksaan fisik
Rambut : Untuk
mengetahui kebersihan dan gizi pasien. Normal : bersih, hitam, tidak ada
kerontokan.
Muka : Untuk
mengetahui ada oedem / tidak, cloasma gravidarum.
Normal
: tidak ada oedem.
Mata : Conjungtiva : Untuk
mengetahui klien anemia / tidak. Normal : merah muda.
Sklera : Untuk menentukan
ada kelainan / tidak. Normal : putih.
Mulut dan bibir : Melihat
kebersihannya dan ada stomatitis atau tidak.
Normal:bersih,tidak ada stomatitis.
Gigi : Menentukan
caries / tidak karena dapat mempengaruhi kehamilan. Normal : tidak ada caries.
Geraham : Menentukan
ada pendarahan / tidak.
Normal
: tidak ada pendarahan.
Lidah : Untuk
menentukan klien menderita thypoid / tidak.
Normal
: merah muda.
Leher : Kelenjar thyroid : Untuk
menentukan klien kekurangan yodium.
Normal
: tidak ada pembesaran.
Kelenjar limfe : Untuk
mengetahui pembesaran kelenjar.
Normal
: tidak ada pembesaran.
Dada : Jantung : Menentukan
kelainan pada jantung. Normal : bunyi reguler.
Paru-paru : Untuk mengetahui ada sesak / kelainan pada
paru-paru.
Normal
: bunyi reguler tidak ada wheezing dan
ronchi.
Payudara
Inspeksi
Pembesaran : Untuk menentukan
ada / tidaknya pembesaran pada mamae.
Normal
: ada.
Puting susu : Untuk
menentukan puting menonjol / tidak.
Normal
: menonjol.
Bentuk : Menentukan
apakah ada kelainan / tidak.
Normal
: simetris + / +.
Palpasi : Untuk
mengetahui ada benjolan / tidak.
Normal
: tidak ada benjolan.
Abdomen
Inspeksi
Luka bekas operasi : Untuk
mengetahui persalinan dulu caesar / tidak.
Pembesaran : Untuk mengetahui
sesuai umur kehamilan / tidak.
Normal
: ke depan, sesuai umur kehamilan.
Linea : Untuk
menentukan tanda kehamilan.
Normal
: ada linea nigra
Striae
alba untuk multi
Striae
livide untuk primi.
f.
Pemeriksaan kebidanan
Palpasi
Maksudnya untuk menentukan : besarnya rahim untuk menentukan umur
kehamilan dan berat badan janin dan menentukan letaknya anak dalam rahim.
Leopold I : Untuk menentukan TFU
dan bagian apa yang teraba di fundus, normalnya bokong (bulat, lunak, kurang
melenting).
Leopold II : Untuk menentukan
letak punggung janin/bagian terkecil janin.
Leopold III : Untuk menentukan
apakah bagian terendah janin sudah masuk PAP atau belum.
Leopold IV : Untuk menentukan
sejauh mana bagian terendah jani masuk PAP
TBBJ : TFU-11 (sudah
masuk PAP) x 155
TFU-13
(belum masuk PAP) x 155
(Sumber
Diktat Kuliah Askeb I 2005)
Auskultasi : Mengetahui keadaan
janin dan membantu menentukan diagnosa
Normalnya
: DJJ 120 – 160 x/menit
Ekstremitas
Inspeksi : Untuk
melihat ada tidaknya varises, kemerahan, kekuatan sendi yang dapat jadi resiko.
Palpasi dan perkusi : Untuk
meraba ada tidaknya oedem dan reflek patella pada kaki kiri dan kanan yang
menjadi tanda bahaya.
Punggung dan pinggang : Untuk
menentukan posisi lordose / kypose.
Untuk
menentukan ada nyeri / tidak pada saat mengetuk, yang berarti ada kelainan.
Ano-genital
Inspeksi
Perineum : Untuk
menentukan ada luka parut / tidak.
Normalnya
: tidak ada luka parut.
Vulva vagina : Menentukan
adanya tanda-tanda kehamilan. Normal : ungu.
Pengeluaran pervaginam : Untuk
mengetahui ada lendir dan darah tidak.
Normal
: keluar darah dan lendir.
Palpasi
Kelenjar bartholini : Untuk
mengetahui ada pembesaran / tidak.
Normal
: tidak ada haemoroid.
g.
Pemeriksaan dalam
Vulva vagina : Untuk
menentukan ada kelainan / tidak.
Normal
: tidak ada kelainan.
Portio : Menentukan
tipis atau masih tebal pada portio.
Normal
: tipis.
Pembukaan servix : Untuk
menentukan sudah ada pembukaan atau belum.
Normal
: sudah ada pembukaan
Fase
laten 0 – 3 cm.
Fase
aktif 4 – 10 cm.
Ketuban : Menentukan
masih utuh atau sudah pecah.
Normal
: masih utuh.
Presentasi janin : UUK,
UUB, bokong.
Penurunan : Untuk
menentukan bagian terendah janin.
H I : Sejajar
dengan PAP.
H II : Sejajar
dengan H I melalui pinggir bawah simfisis.
H III : Sejajar
dengan H I melalui spina ischiadicae.
H IV : Sejajar
dengan H I melalui ujung os coccygis.
2.2.1.4
Uji Diagnostik
a.
Urin
Reaksi à
Menentukan ada / tidaknya gula dalam urin.
Reaksi albumin à Menentukan ada / tidaknya protein dalam darah.
b.
Darah
Golongan darah : Untuk menentukan golongan darah, jika ada pendarahan
pada saat persalinan.
Kadar Hb : Untuk mengetahui kadar haemoglobin dalam darah. Normalnya 11
gr %.
2.2.2 Interpretasi
Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
adalah masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan.
Kala I
Diagnosa : G... P.... A.... parturient aterm kala I Fase aktif
/ laten dengan Keadaaan umum ibu baik.
Dasar : Kehamilan ke ..... Ketuban : Pecah / Utuh
HPHT :........
DJJ : .......
Masalah : Ibu merasa cemas dan gelisah menghadapi
keadaannya.
Kebutuhan : Konseling dan pengkajian lebih lanjut.
Kala II
Diagnosa : G... P... A... Kala II dengan keadaan umum
ibu baik.
Dasar : Pembukaan .....
DJJ
........
HIS
.......
Masalah : Ibu merasa ingin meneran setiap ada his.
Kebutuhan : Konseling dan kaji lebih lanjut.
Kala III
Diagnosa : P... A... Parturient aterm kala III dengan robekan
derajat II.
Masalah : Nyeri pada robekan jalan lahir.
Kebutuhan : Konseling dan Kaji lebih lanjut
Kala IV
Diagnosa : P... A... Kala IV dengan keadaan umum ibu
baik.
Dasar : Post partum normal spontan, pervaginam.
Masalah : Ibu merasa sakit setelah melahirkan.
Kebutuhan : Konseling dan Kaji lebih lanjut.
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lainnya berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa serta identifikasi.
Diagnosa potensial : Perdarahan banyak, infeksi dan nekrosis.
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera
/ Kolaborasi
Dari diagnosa yang ditegakkan pada kasus robekan perineum semua tindakan
dilakukan prosedur.
Penanganan perdarahan dan penjahitan robekan jalan lahir.
2.2.5 Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Pada langkah ini dapat dilakukan rencana tindakan asuhan yang menyeluruh
sesuai dengan diagnosa potensial dan kebutuhan.
2.2.5.3
Kala I
a.
Beritahu ibu hasil pemeriksaan telah dilakukan.
b.
Observasi kemajuan persalinan.
c.
Observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu.
d.
Berikan dukungan kepada ibu dan keluarga.
e.
Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kemajuan
persalinan dan berikan ibu makan dan minum sesuai kemauan ibu.
f.
Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
g.
Anjurkan suami / keluarga untuk selalu mendampingi
selama proses perbaikan.
h.
Atur posisi ibu senyaman mungkin.
i.
Siapkan alat partus set, hecting set dan peralatan
lain.
2.2.5.4
Kala II
a.
Berikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan
mendampingi ibu agar merasa nyaman dan yakin pada diri sendiri.
b.
Berikan cukup makan dan minum untuk memberikan tenaga
dan mencegah dehidrasi.
c.
Ajarkan ibu teknik meneran yang benar.
d.
Atur posisi mengedan.
e.
Observasi keadaan umum ibu, TTV, kontraksi uterus dan
DJJ setiap selesai his.
f.
Beritahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan.
g.
Lakukan episiotomi apabila ada indikasi.
h.
Pimpin ibu meneran setiap ada his.
2.2.5.5
Kala III
a.
Cek kandung kemih, apabila blas penuh anjurkan ibu
kencing bila tidak bisa lakukan katerisasi.
b.
Lakukan manajemen aktif kala III yaitu : suntik
oksitosin 10 IU (IM), lakukan PTT, setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta
dilahirkan sesuai dengan prosedur, kemudian lakukan masase uterus hingga
berkontraksi.
c.
Cek adanya perdarahan dan robekan perineum serta
kontraksi uterus.
2.2.5.6
Kala IV
a.
Jahit luka perineum dengan anestesi.
b.
Bersihkan perineum dan bagian yang kotor pada ibu dan
kenakan pakaian yang bersih.
c.
Observasi TTV dan kandung kemih, kontraksi uterus, TFU
dan perdarahan selama 2 jam (15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1
jam pertama).
d.
Berikan cukup makan dan minum.
e.
Anjurkan ibu untuk istirahat senyaman mungkin.
f.
Anjurkan ibu untuk segera menyusukan bayinya sedini
mungkin.
g.
Lakukan teknik bonding attachment.
2.2.6 Pelaksanaan
Pada langkah ini dilakukan asuhan yang menyeluruh berdasarkan rencana
tindakan seperti yang telah diuraikan pada langkah 5 dilaksanakan secara
efisien dan aman.
2.2.6.3
Kala I
a.
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan telah dilakukan.
b.
Mengobservasi kemajuan persalinan.
c.
Mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu.
d.
Memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga.
e.
Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kemajuan
persalinan dan memberikan ibu makan dan minum sesuai kemauan ibu.
f.
Menyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
g.
Menganjurkan suami/keluarga untuk selalu mendampingi
selama proses perbaikan.
h.
Mengatur posisi ibu senyaman mungkin.
i.
Menyiapkan alat partus set, hecting set dan peralatan
lain.
2.2.6.4
Kala II
a.
Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan
mendampingi ibu agar merasa nyaman dan yakin pada diri sendiri.
b.
Memberikan cukup makan dan minum untuk memberikan
tenaga dan mencegah dehidrasi.
c.
Mengajarkan ibu teknik meneran yang benar.
d.
Mengatur posisi mengedan.
e.
Mengobservasi keadaan umum ibu, TTV, kontraksi uterus,
dan DJJ setiap selesai his.
f.
Memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan.
g.
Melakukan episiotomi apabila ada indikasi.
h.
Memimpin ibu meneran setiap ada his.
2.2.6.5
Kala III
a.
Mengecek kandung kemih, apabila blas penuh anjurkan ibu
kencing bila tidak bisa lakukan katerisasi.
b.
Melakukan manajemen aktif kala III yaitu : suntik
oksitosin 10 IU (IM), lakukan PTT, setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta
dilahirkan sesuai dengan prosedur, kemudian lakukan masase uterus hingga
berkontraksi.
c.
Mengecek adanya perdarahan dan robekan perineum serta
kontraksi uterus.
2.2.6.6
Kala IV
a.
Menjahit luka perineum dengan anestesi.
b.
Membersihkan perineum dan bagian yang kotor pada ibu
dan kenakan pakaian yang bersih.
c.
Mengobservasi TTV dan kandung kemih, kontraksi uterus,
TFU, dan perdarahan selama 2 jam (15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada
1 jam pertama).
d.
Memberikan cukup makan dan minum.
e.
Menganjurkan ibu untuk istirahat senyaman mungkin.
f.
Menganjurkan ibu untuk segera menyusukan bayinya sedini
mungkin.
g.
Melakukan teknik bonding attachment.
2.2.7 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah
diberikan.
2.2.7.3
Kala I
a.
Kemajuan persalinan normal.
b.
TTV dan keadaan umum ibu baik.
c.
Ibu mau makan dan minum.
d.
Ibu sudah BAK.
e.
Ibu didampingi suami dan keluarga.
f.
Ibu miring kanan / kiri.
g.
Alat-alat yang dibutuhkan sudah disiapkan.
2.2.7.4
Kala II
a.
Ibu sudah makan dan minum.
b.
Ibu tahu akan teknik meneran yang benar.
c.
Posisi ibu setengah duduk.
d.
Keadaan umum, TTV, kontraksi uterus dan DJJ baik.
e.
Episiotomi tidak dilakukan.
f.
Ibu mau meneran setiap ada his.
g.
Bayi lahir spontan dan dalam keadaan baik.
2.2.7.5
Kala III
a.
Kandung kemih kosong.
b.
Ibu sudah disuntik oksitosin 10 IU (IM), plasenta lahir
spontan dan lengkap.
c.
Terdapat robekan perineum derajat II dan perdarahan ±
150 cc.
2.2.7.6
Kala IV
a.
Luka episiotomi sudah dijahit dengan anestesi.
b.
Ibu merasa nyaman.
c.
TTV dan kontraksi uterus baik.
d.
Kandung kemih kosong.
e.
Ibu sudah menyusukan bayinya.
f.
Tidak ada tanda-tanda infeksi.
0 comments:
Post a Comment